Menghasilkan Buah

Jumat, 11 Nopember 2011 pukul 7.30 - 9.00 malam

Kesaksian oleh Pdt. Franki Suoth

Pdt. Franki Suoth bersaksi
     Ketika sekitar tahun 1998 Pdt. Daniel Sanger membuka pelayanan Persekutuan Samaria Ministri, saya masih ditugaskan oleh gereja saya, GPdI Agape Teluk Betung, untuk melayani di Rayon Way Halim. Saya tertarik untuk masuk dalam persekutuan ini karena sama visinya, yaitu untuk pelayanan pekerjaan Tuhan. Namun saya tidak bisa datang secara rutin karena saya juga ada pelayanan di tempat lain. 
     Sewaktu saya masih di Maluku, saya juga terlibat dalam pelayanan radio. Saya melihat pelayanan di Samaria Ministri ini tanpa pamrih. Hal itu mengingatkan saya pada perumpamaan tentang "Orang Samaria yang Baik Hati". Semuanya siap melayani dan berkorban waktu, pikiran, tenaga, dan dana. Ada gerakan kasih Tuhan dalam pelayanan ini.

Renungan Firman Tuhan 
"Kita Dipilih untuk Pergi Menghasilkan Buah"
Dany Salim 

Pendamping:
Bagus Susanto, Yohannes Lie, Pdt Franki Suoth, Tutu Petrus, dan Pdt. Daniel Sanger

Bagus Susanto dan Yohannes Lie
Tutu Petrus dan Pdt. Daniel Sanger
"Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Yoh. 15:16-17)

Dany Salim membawa renungan
     Ayat di atas berkata, "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu". Jika ada seorang konglomerat yang hartanya sangat banyak, tujuh turunan tidak akan habis-habis, lalu memilih dan mengangkat kita untuk menjadi anaknya dan menjadi pewaris harta kekayaannya, tentu kita akan senang sekali menerima anugrah itu. Namun ketika Allah Semesta Alam yang memiliki seluruh dunia ini  mengangkat kita menjadi anakNya dan menjadi pewaris Kerajaan Sorga, mengapa kita tidak tampak bersukacita. Mengapa kita bahkan nampak ragu-ragu?
     Manusia bisa salah pilih, tapi Tuhan tidak, sebab Dia memilih karena tahu orang yang dipilihNya dan Dia punya tujuan tertentu terhadap orang pilihanNya itu.
     Kita bukan hanya dipilih tapi telah ditetapkan untuk pergi dan menghasilkan buah dan buahnya itu tetap. Itulah Amanat Agung Tuhan."Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah." (Yer. 17:8) Kalau mau berbuah, akar harus berusaha mencari air sehingga tidak kekeringan dan selalu menghasilkan buah. Artinya, jika kita mau selalu berbuah maka kita harus selalu mencari Yesus.
     Ketika saya ditugaskan memimpin pujian atau menyampaikan renungan, saya akan mempersiapkan diri, berdoa dan merenungkan Firman Tuhan. Jadi sebelum saya melakukan tugas pelayanan saya, saya sudah menikmati berkat rohani. Jadi saat kita melayani, itu sebenarnya untuk kepentingan kita sendiri agar kita lebih dekat pada Tuhan. Selalu berdoa, setia, pikiran kita pun dijaga oleh Tuhan. Berkat sukacita dan damai sejahtera menjadi milik kita. Dulu sebelum saya kenal Tuhan, jika ada pesaing bisnis yang merugikan saya, saya cenderung akan membalas dendam. Tapi sekarang perasaan dendam itu tidak muncul lagi di hati saya. Oleh karena itu, janganlah kita hanya duduk diam dalam kenyamanan hidup, tapi pergilah dan hasilkan buah.
     "Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Maka kata-Nya kepada pohon itu: "Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!" Dan murid-murid-Nya pun mendengarnya." (Mark. 11:13-14) Dari kisah itu kita melihat bahwa ketika Tuhan menghendaki kita berbuah, kita harus selalu siap berbuah, walau pun belum musimnya. Buah kita harus tetap tidak kenal musim.
     Terkadang saya berpikir, pada saat saya tidak mau melayani, mengapa Tuhan tetap menyuruh? Mengapa saya diharuskan pergi, padahal duduk diam saja itu terasa nyaman? Saya rajin beribadah tiap minggu, sudah cukup bagus, daripada hanya setahun sekali. Ternyata inilah perintah Tuhan, "Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Yoh. 15:17) Kita sudah menikmati kasih Tuhan, kalau kita mengasihi orang lain, berarti kita juga harus memberitakan Injil pada orang lain. Tuhan berjanji mengirimkan Roh Kudus untuk memampukan kita. Amin.

Pertanyaan dan permohonan doa dari pendengar radio Heartline:
  • Syalom. Bagaimana caranya agar dapat tetap bersemangat dalam melayani dan menjaga buah itu yang pernah ada dalam pelayanan?
Jawab :  Semangat dalam melayani seringkali turun naik tergantung perasaan seseorang. Kalau hati sedang senang, melayani dengan penuh semangat, tapi kalau sedang jengkel atau marah, semangat pelayanan langsung turun. Itulah sifat kedagingan manusia. Hal itu disadari oleh rasul Paulus, sehingga beliau berpesan, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11) Jika motivasi pelayanan adalah karena mengasihi Tuhan dan sesama, tentu saat sedang menghadapi masalah, kita akan tetap kuat dan Roh Kudus akan selalu menguatkan dan membimbing kita. Jika masalahnya berkenaan dengan keluarga atau teman sepelayanan, selesaikan dulu masalah itu dengan kasih. Jangan karena marah kepada keluarga atau teman, pekerjaan pelayanan menjadi korban. Jika masalahnya adalah tidak tersedianya fasilitas, dana, atau dukungan, mintalah kepada Tuhan yang memiliki pekerjaan itu untuk menolong masalah kita. Memang sulit mengatasi hal itu, tapi jika kita mau dan mengijinkan Tuhan berkarya dalam kehidupan kita, pasti kita akan bersemangat lagi. Saudara pernah melayani dan menghasilkan buah, marilah bangkit kembali. Layani Tuhan dengan penuh sukacita. Tuhan akan memberkati engkau dan pelayananmu.
  • Dari bpk.Gabin : Pergi dan menghasilkan buah. Buah seperti apa yang dikehendaki Tuhan Yesus?
Jawab : Ada banyak buah yang dituliskan dalam Firman Tuhan, ada buah pertobatan, buah Roh, buah penginjilan, dan sebagainya. Tuhan tidak menunjuk buah apa yang diinginkanNya, yang penting menghasilkan buah. Jika kita disuruh pergi, mungkin Tuhan bermaksud agar kita memberitakan Injil Keselamatan atau menaburkan benih Firman Tuhan. Buahnya adalah orang yang dimenangkan untuk Tuhan, orang yang sudah meninggalkan Tuhan dapat kembali padaNya, atau orang yang sudah lemah kembali dikuatkan melalui Firman Tuhan. Namun bisa juga berarti, "Pergilah, nyatakan kasihmu menolong orang yang membutuhkannya. Atau pergilah, perlihatkanlah buah-buah dalam kehidupanmu agar Bapa di Sorga dipermuliakan" Firman Tuhan mengatakan, "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yoh. 15:8)
  • Dari Joy : Jika hasil buah yang dimaksudkan dalam renungan itu adalah memenangkan jiwa, saat tidak mampu memenangkan jiwa, apakah kita akan dianggap tidak berbuah sehingga akan terkutuk?
Jawab:  Ini sungguh pertanyaan yang bagus. Bagaimana jika kita tidak bisa memenangkan jiwa?  Apakah kita akan terkutuk? Tuhan Yesus memberi perumpamaan tentang benih yang ditabur (Mat. 13:3-8) benih yang jatuh di pinggir jalan habis dimakan burung, yang jatuh di tanah berbatu-batu, tumbuh tapi segera layu dan mati, yang jatuh di tanah bersemak duri, tumbuh tapi mati terhimpit. Benih yang jatuh di ketiga lokasi tersebut gagal. Namun ada yang jatuh di tanah subur. Benih itu tumbuh subur dan berbuah 100, 60, atau 30 kali ganda. Benih adalah Firman Allah dan tanah adalah hati manusia. Jadi taburkan saja Firman Tuhan, mungkin ada yang tidak mau menerima sehingga usaha kita gagal, namun kita yakin ada benih Firman Tuhan yang kita taburkan akan tumbuh di hati orang yang mendengarnya dan menghasilkan buah.
     Orang cenderung ingin melihat langsung hasil pemberitaan Firman Tuhan. Ingin sesuatu yang instan. Bukankah benih itu harus tumbuh dulu baru berbuah. Kita ingin sesudah menyampaikan Firman Tuhan, orang langsung bertobat, dan kita babtis. Memang ada orang yang memiliki karunia itu, contohnya Petrus. Sekali dia berkotbah, tiga ribu jiwa menerima Yesus. Tapi ada juga yang hanya memiliki karunia menabur dan orang lain yang menuai. "Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai." (Yoh. 4:37) Ada yang menabur sekarang, mungkin 20 tahun lagi baru berbuah. Ada istri yang menginjili suaminya, suaminya tetap tidak mau bertobat. Setelah si istri meninggal dunia, suaminya baru sadar lalu bertobat dan menerima Yesus.
     Ada seorang penginjil bersama keluarganya pergi ke Afrika. Namun, tidak ada penduduk yang mau menerimanya. Ia dan keluarganya dilarang masuk kampung sehingga terpaksa membangun rumah sederhana di luar kampung. Setelah berusaha menginjil sekian lama, yang datang ke pelayanannya hanya seorang anak kecil. Istrinya sedang mengandung lalu melahirkan seorang bayi perempuan yang diberi nama Aina. Sungguh tragis, istrinya meninggal karena terkena malaria. Dengan rasa kecewa luar biasa, penginjil  itu pulang ke Swedia dan meninggalkan Aina pada orang lain. Ia marah sekali setiap mendengar nama Tuhan disebut-sebut. Ia menjadi pemabuk. Aina menjadi dewasa dan menikah dan pindah ke Amerika. Suatu hari ia bertemu dengan seorang penginjil  kulit hitam dari Afrika yang sedang mengadakan KKR di London. Ketika Aina berkesempatan berbicara dengan penginjil itu, si penginjil menceritakan saat masih kecil, ia dibimbing rohaninya oleh seorang ibu, lalu disebutnya nama ibu itu. Betapa terkejutnya Aina, karena itu adalah nama ibunya dan ternyata anak kecil dulu itu, kini telah menjadi penginjil Afrika yang memiliki jemaat lebih dari 110.000 jemaat, 32 pos penginjilan, beberapa sekolah Alkitab, dan sebuah rumah sakit. Suatu hari Aina berhasil bertemu dengan ayahnya yang telah berusia 73 tahun terbaring sakit. Hati ayahnya masih kecewa dan marah pada Tuhan. Lalu  ketika Aina menceritakan tentang penginjil Afrika itu, hati sang ayah sangat terharu. Ia disadarkan bahwa pengorbanan istrinya tidaklah sia-sia. Benih yang ditaburkan itu walaupun hanya diterima oleh satu anak ternyata telah tumbuh sangat subur dan menghasilkan ribuan jiwa. Dia yang kecewa telah dipulihkan Tuhan.
     Karena itu, Sdri. Joy dan para pendengar, mari taburkan saja benih Firman Tuhan. Biar Tuhan yang menumbuhkan benih itu. Pasti akan berbuah. "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Kor. 15:58)
  • Buahnya itu adalah saling mengasihi. Apa kaitannya dengan peristiwa pohon ara yang tidak berbuah?
Jawab : Benar bahwa salah satu buah adalah kasih. Dalam kisah pohon ara itu, saat Yesus menghendaki buahnya ternyata tidak ada karena belum musim berbuah. Ayat tersebut ditafsirkan bahwa  bila Tuhan membutuhkan buah kita, kita harus tetap berbuah walaupun bukan musimnya. Tuhan menghendaki buah kita tetap. Jika tidak, mungkin saja Tuhan tidak mengijinkan kita berbuah lagi. Tapi sekali lagi, ini hanyalah tafsiran. Banyak pendapat para teolog mengenai kisah itu.
  • Saya seorang ibu rumah tangga yang sudah bercerai. Saya akan menikah lagi, namun suami saya berlainan iman. Saya dipaksa masuk agama suami. Jadi saya terpaksa berbohong, pura-pura mau masuk agamanya, padahal hati saya tetap beriman pada Yesus. Apakah saya berdosa dan jatuh terlalu dalam?
Jawab :  Anugrah dari Tuhan Yesus bersifat kekal, sedangkan mendapat suami atau istri hanya bersifat sementara. Jika kita dihadapkan pada suatu pilihan, kita harus memilih dengan mempertimbangkan matang-matang segala resikonya. Ada yang menganggap remeh anugrah keselamatan itu. Misalnya, Esau. Ia memilih menjual hak kesulungannya hanya demi makanan. Suatu keputusan yang sangat disesalinya di kemudian hari. "Sesudah Esau mendengar perkataan ayahnya itu, meraung-raunglah ia dengan sangat keras dalam kepedihan hatinya serta berkata kepada ayahnya: "Berkatilah aku ini juga, ya bapa!" (Kej. 27:34)
     Pada saat ini, ibu sedang dihadapkan dengan pilihan, tetap beriman pada Yesus atau melepaskannya demi mendapatkan suami. Keputusan ada di tangan ibu. Ibu berkata, "Saya pura-pura mau masuk agamanya, padahal hati saya tetap beriman pada Yesus." Tuhan Yesus berkata, "Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga." (Mat. 10:33) Dengan berbohong dan berpura-pura mau masuk agama calon suami, berarti ibu sedang menyangkal iman ibu di hadapan dia. Memang amat berat mengambil keputusan itu. Tapi ibu harus berani. Banyak orang rela mati demi mempertahankan imannya pada Yesus. Mengapa mereka tidak berpura-pura saja? Bukankah dengan demikian nyawa mereka tidak melayang? Itulah iman yang kuat. Lebih baik mati daripada menyangkal Yesus. Ibu pernah juga membuat kesalahan sebelumnya yaitu mengambil keputusan untuk bercerai padahal itu dilarang oleh Tuhan. Semoga kali ini ibu tidak membuat keputusan salah lagi.
     Namun, apabila ibu tetap mengambil pilihan untuk masuk agama lain, ingat perumpamaan Tuhan tentang anak yang terhilang. Bapa di Sorga tetap menunggu ibu kembali kepadaNya. Semoga Tuhan masih memberi ibu kesempatan untuk itu. Kami akan mendoakan ibu agar tetap kuat  dan berani dalam mengambil keputusan iman kepada Yesus. Tuhan Yesus memberkati