Jumat, 21 Oktober 2011 pukul 7.30 - 9.00 malam
"Berharap pada Tuhan"
Pdt. Daniel Sanger
Pendamping
Yohannes Lie, Bagus Susanto, Dany Salim, Franki Suoth, Tutu Petrus
Kesaksian Tutu Petrus
Bpk.Tutu Petrus dengan senyum sukacita |
Renungan Firman Tuhan
"Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu." (Ams. 3:6-8)
Pdt. Daniel Sanger menyampaikan Firman Tuhan |
Karena kebutuhan meningkat, manusia semakin terikat dengan pekerjaannya. Mereka sibuk mencari uang sehingga tidak ada lagi waktu untuk beribadah, apalagi melayani pekerjaan Tuhan. Mereka mengandalkan kemampuan diri untuk memenuhi kebutuhan hidup. Akibatnya mereka menjadi stres dan sakit.
Bersandarlah pada Tuhan maka kita akan mendapat lebih. Ada hal-hal yang tidak bisa diukur secara logika manusia. Memang hal itu sulit dipahami, namun bisa terjadi kalau kita sungguh-sungguh berharap pada Tuhan. Tuhan akan memberikan lebih daripada yang kita harapkan. Mengandalkan Tuhan berarti percaya penuh padaNya.
Jangan menganggap dirimu bijak. Mengapa orang sering menganggap diri bijak? Karena dia sudah mengalami suatu hal bertahun-tahun dan mampu mengatasinya. Dia menganggap tindakannya benar. Pendapat orang lain diabaikan. Terkadang ada yang berpendapat, saya tidak kenal Tuhan tapi saya dapat meraih kekayaan. Orang ateis berkata bahwa manusia tidak perlu bertanya pada Tuhan dan jangan mengharapkan pertolongan orang lain, tapi andalkan kemampuan diri sendiri. Kalau kita menganggap diri kita bijak berarti kita tidak takut pada Tuhan. "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yer. 17:5)
Orang yang terlalu sibuk karena pekerjaan akan mengalami kelelahan fisik maupun jiwa, gelisah, stres, terkadang muncul sakit jantung, sesak napas, dan penyakit lainnya. Orang yang percaya dan berharap pada Tuhan akan disegarkan oleh Firman Tuhan dan hidup tenang, damai dan bersukacita. Ada suatu penelitian menyatakan bahwa di suatu propinsi di Indonesia, 1 dari 6 orang mengidap gangguan jiwa.
Jika percaya pada janji Tuhan, hati kita senang, dan tubuh menjadi sehat, siap melakukan apa saja. Jika berharap pada Tuhan, kita tidak akan mau berharap pada yang lain. Jika sudah mencintai seseorang, kita tidak akan berharap lagi pada yang lain. Tuhan adalah kekasih jiwa kita. Tuhan mengirimkan Roh Kudus agar kita percaya bahwa Tuhanlah yang memelihara hidup kita. Kita diberikan damai sejahtera yang berasal dari Tuhan. Kita tidak lagi bergantung pada kekayaan, karena hal makan minum itu dicari oleh orang dunia. "Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Mat.6:31-33)
Pertanyaan dan permohonan doa dari pendengar radio Heartline:
- Dari sdri Marlina: Saya percaya dan berharap pada Tuhan, namun saya masih sering minta pertolongan pada keluarga, apakah itu salah?
- Bagaimana membedakan antara mengandalkan Tuhan dan mengandalkan pikiran sendiri?
- Dari sdr. Albert di Tanjung Bintang : Kita percaya dan berharap pada Yesus, namun di saat kita sakit atau ekonomi jatuh terkadang tidak mendapat pemulihan dari Tuhan. Mengapa demikian? Mengapa ketika kita percaya, hidup malah bertambah susah, pekerjaan tidak dapat, sebaliknya hinaan yang diterima?
Paulus adalah seorang rasul yang sangat giat menginjil, namun tidak semua permintaannya dikabulkan Tuhan. "Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (2 Kor 12:7-9) Karena itu, apapun yang kita terima dari Tuhan, janganlah putus asa dan yakinlah bahwa Tuhan mengasihi kita sebab, "Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? (Roma 8:35) Perhatikan pernyataan iman dari Sadrakh, Mesakh,dan Abednego, "Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Dan. 3:17-18)
Sebetulnya dalam situasi perekonomian yang terpuruk saat ini, mencari pekerjaan memang sulit, dan itu berlaku tidak hanya pada orang percaya, namun juga pada orang tidak percaya. Jadi sebenarnya kesulitan mendapat pekerjaan bukan karena kita sudah menjadi orang percaya. Karena itu tingkatkan kemampuan diri kita agar kita dapat memenuhi kualifikasi sesuai pekerjaan yang kita harapkan. Pasti Tuhan akan memberikan yang terbaik pada waktunya.
- Dari bpk.Gabin : Bagaimana caranya agar kita sungguh-sungguh percaya pada Tuhan? Mengapa pencobaan bisa menggoyahkan orang percaya?
- Dari sdr.Samuel di Margo Mulyo, Way Sabu Pesawaran : Bagaimana caranya membuka hati untuk Tuhan sebab di tempat saya tidak ada rumah Tuhan?
- Dari dr. Pohan: Pada tahun 1978, saya pernah tinggal di desa Kumbang Jaya Jabung. Di sana tidak ada gereja. Lalu kami mulai membuat persekutuan. Mula-mula cuma dua orang, yaitu saya dan ketua RT setempat, kemudian menjadi 10 orang. Saya ke Metro minta pendeta untuk melayani di desa tersebut. Tapi tidak ada yang bersedia karena waktu itu daerah tersebut sangat rawan dan menjadi sarang penjahat. Apakah hamba Tuhan hanya mau tempat yang aman-aman saja?
- Dari sdr. Daniel di Pesawaran : Kenapa saat ini banyak jiwa yang butuh dilayani, misalnya orang jompo, tidak dilayani dan tidak dipedulikan orang? Tolong diperhatikan dan diberi semangat.