Dipilih Berdasarkan Kehendak Tuhan

Jumat, 5 Agustus 2011 pk 8-9 malam

"Dipilih Berdasarkan Kehendak Tuhan"
Pdt. Paulus Talakua

Pdt. Paulus Talakua dan istri
Pendamping: 
Pdt. Mexen Rumengan, Indrayanto, dan Anton

Kemudian TUHAN berfirman kepada Musa: "Pergilah menghadap, katakanlah kepada Firaun, raja Mesir, bahwa ia harus membiarkan orang Israel pergi dari negerinya." Tetapi Musa berkata di hadapan TUHAN: "Orang Israel sendiri tidak mendengarkan aku, bagaimanakah mungkin Firaun akan mendengarkan aku, aku seorang yang tidak petah lidahnya!" Demikianlah TUHAN telah berfirman kepada Musa dan Harun, serta mengutus mereka kepada orang Israel dan kepada Firaun, raja Mesir, dengan membawa perintah supaya orang Israel dibawa keluar dari Mesir. (Kel. 6:9-12)

     Tuhan dapat mengangkat seseorang untuk memberi tugas, baik tugas besar maupun kecil. Tapi ketika Tuhan ingin mengangkat Musa, ia berkilah bahwa Firaun tidak akan mendengarnya karena ia tidak petah lidah. Namun pada akhirnya Musa tunduk pada otoritas Allah. Coba renungkan, seandainya Musa tetap menolak, sanggupkah Allah  membebaskan bangsa Israel tanpa Musa? Tentu saja Allah sanggup. Mengapa Allah mengutus Musa untuk minta ijin pembebasan bangsa Israel kepada Firaun? Bukankah Allah sanggup membebaskan bangsa ini tanpa perlu ijin Firaun. Disinilah kita sadari, bahwa Allah tidak mengajarkan pemberontakan. Ketika Tuhan Yesus menyembuhkan 10 orang kusta, Ia menyuruh mereka menghadap imam. Yesus patuh pada aturan, Dia tidak mengajarkan pemberontakan.
     Sebetulnya Musa bukan sungguh-sungguh menolak tugas Allah, namun ia mengatakan itu karena merasa minder, merasa tidak mampu. Allah memilih Musa bukan karena kehebatannya, tapi karena melihat hati. 
     Ketika Samuel diperintahkan Allah untuk melantik raja baru Israel pengganti Saul, ia tertarik dengan Eliab, anak Isai yang perawakannya tinggi. Tapi Allah menegurnya agar tidak melihat perawakan, (1 Sam. 16:6-7) tapi melihat hati. Jadi, seorang hamba Tuhan bergelar nabi pun, seperti Samuel,  bisa salah pilih.
     Allah memilih Yeremia ketika ia belum dibentuk dalam rahim. Yeremia pun berkata bahwa ia tidak pandai bicara karena masih muda. Allah memilih dia bukan karena kehebatannya berbicara atau karena ia berpengalaman. Jika Allah telah memilih seseorang dan mengutusnya, dia harus melakukan apa yang diperintahkanNya. Allah berjanji menyertainya. (Yer. 1:4-8)
     Jadi, jika Allah memilih kita, itu bukan karena fasih lidah atau kehebatan kita, tapi karena ia melihat hati kita. Itu hanya anugerah, supaya jangan kita sombong.